Jakarta, Info7.id | Terjadi perubahan fenomena politik di Indonesia akibat kemunculan Anies Rasyid Baswedan, Ph.D. dalam pilpres 2024. Selama ini orang menunggu para calon bagi-bagi amplop dan angpao, sekarang terjadi sebaliknya. Rakyat di daerah-daerah menunggu kedatangan Anies dan keriuhan serta kemeriahan terjadi setelah doktor dari Amerika Serikat ini tiba.
Pengamat politik Rocky Gerung menyatakan hal itu dalam podcast-nya bersama Jurnalis Senior Hersubeno Arif, Jumat, 2 Desember 2022 malam. Video berdurasi 17 menit dengan judul Reuni 212 Panitia Cerdas dan Taktis, Sengaja Tidak Undang Anies karena Tahu Akan Dijebak itu sudah ditonton sebanyak 121.000 kali, disukai oleh 5.700 orang, dan dikomentari oleh sekitar 1.100 orang.
“Fenomena itu terlihat pada saat Anies datang ke daerah. Tidak ada keributan dan saling dorong. Yang terjadi adalah orang dalam jumlah ribuan bahkan puluhan ribu menunggu Anies tiba dalam keadaan terkendali, aman, tertib dan damai. Semua senang dan semua berebut untuk tersenyum bersama tokoh yang mereka kagumi,” ujar mantan dosen UI itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kita bisa simpulkan bahwa Anies telah membuat politik partisipasi. Sedangkan lawannya, seperti Ganjar dan Jokowi menyuburkan politik mobilisasi. Kita dengan mudah menemukan video menunjukkan orang terima duit setelah acara di GBK pekan lalu yang diselenggarakan oleh relawan Jokowi,” kata Rocky.
Aura Perubahan Politik
“Orang sudah mengerti bahwa politik mobilisasi itu menggerogoti keuangan negara karena dana yang keluar tidak jelas dan tidak bisa dipertanggunggjawabkan. Anies nampaknya berusaha untuk mengembalikan aura politik itu pada ruh yang sebenarnya, yaitu politik partisipasi menggeser gaya politik mobilisasi,” lanjut dia.
Konsekuensi dari semua itu, tambah Rocky yang dijuluki Presiden Akal Sehat, akan terjadi perubahan dalam memandang dan menilai tingkah laku politik Indonesia. Bola salju politik yang dilakukan Anies sudah bergulir. Rakyat sudah menunjukkan tuntutan agar Anies harus melakukan sikap politik yang kontras dari yang dibuat Jokowi.
Itu wajar dalam kontestasi politik. Bahwa hakekatnya, kata Rocky, demokrasi adalah usaha orang untuk melakukan kontras politik dibandingkan kondisi yang dibuat rezim yang lalu. Pihak-pihak lama ingin adanya kesinambungan seperti yang dilakukan oleh Jokowi sekarang di mana dia ingin gaya kepemimpinannya selama ini diteruskan oleh anak buahnya, baik oleh Ganjar maupun oleh Prabowo. Itu sah-sah saja.
“Tetapi ada kontras yang lain, yaitu orang atau rakyat yang tidak mendapat manfaat dari rezim Jokowi. Mereka ingin adanya perubahan. Itu pun sah-sah saja. Tidak boleh dihambat. Tidak boleh ada kekuatan pemaksa atau senjata yang berniat membendung aspirasi perubahan. Sayangnya, itu yang kita lihat dari narasi Relawan Jokowi yang ingin bertempur dan mendesak agar ada tindakan hukum kepada yang pro-perubahan,” tegas Rocky.
Di situlah diperlukan kedewasaan politik dari semua pihak, terutama dari rezim. “Negara ini adalah milik dan hak rakyat. Merekalah yang menentukan apakah sistem politik dan pemerintahan berubah atau tidak. Kita tunggu saja pada 2024,” demikian Rocky Gerung. (Red)