INFO7.ID, TANGERANG | Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya, agama, bahasa, dan suku. Keberagaman ini merupakan anugerah yang memperkaya kehidupan sosial bangsa. Namun, di tengah keindahan tersebut, tantangan seperti diskriminasi, intoleransi, dan konflik identitas masih sering muncul, terutama di lingkungan pendidikan dasar. Dalam hal ini, pendidikan kewarganegaraan (PKn) di sekolah dasar memegang peran strategis dalam menanamkan nilai toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan sebagai kunci menjaga harmoni sosial.
Sekolah dasar adalah fondasi penting dalam membentuk karakter dan identitas anak. Pada tahap ini, siswa mulai memahami dunia di sekitarnya, termasuk keberagaman dalam masyarakat. Sayangnya, prasangka dan stereotip masih kerap ditemukan. Hal ini sering kali disebabkan oleh pemahaman yang kurang mendalam mengenai budaya dan agama lain, yang dapat memperkuat pola pikir eksklusif di kalangan siswa.
Mega, seorang mahasiswa jurusan hukum dari Universitas Pamulang (Unpam) Serang, menyampaikan pandangannya terkait pentingnya peran lingkungan dewasa dalam membentuk cara pandang anak terhadap keberagaman. Menurut Mega, sikap orang tua dan masyarakat sekitar menjadi cerminan yang diikuti oleh anak-anak. Ketidakseimbangan pemahaman dari lingkungan dewasa dapat menanamkan bias yang terbawa hingga dewasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Materi pendidikan yang tidak cukup mendalam membuat siswa sulit untuk memahami pentingnya menghargai perbedaan,” tegas Mega, di sela-sela kesibukannya, Senin 2 Desember 2024.
Untuk mengatasi tantangan ini, Mega menyarankan perlunya evaluasi terhadap kurikulum PKn di sekolah dasar. Kurikulum harus mencerminkan keberagaman Indonesia dengan memasukkan materi tentang budaya, tradisi, dan agama yang ada. Dengan pendekatan ini, siswa akan lebih memahami keragaman sekaligus menghormati perbedaan di sekitarnya.
Pendekatan interaktif juga menjadi langkah penting dalam membangun pemahaman multikultural. Kegiatan seperti studi kasus, role-playing, diskusi kelompok, dan permainan edukatif dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa tentang realitas multikultural. Guru memiliki peran vital dalam proses ini, sehingga mereka perlu dibekali pemahaman mendalam mengenai multikulturalisme melalui pelatihan dan workshop.
Pendidikan multikultural tidak hanya bertujuan meningkatkan kecerdasan akademis siswa, tetapi juga membentuk generasi yang peka terhadap perbedaan dan mampu berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang harmonis. Sebagaimana yang disampaikan oleh Mega, “Pendidikan berbasis multikulturalisme adalah investasi bagi masa depan Indonesia yang lebih toleran, inklusif, dan bersatu.”
Penulis : Ade mega suhrul fitri