INFO7.ID, SUMATERA BARAT | Kebebasan pers di Indonesia kembali mendapat tamparan keras! Empat wartawan yang tengah mengungkap praktik mafia BBM subsidi dan tambang emas ilegal di Tanjung Lolo, Kecamatan Tanjung Gadang, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, justru menjadi korban persekusi keji yang nyaris merenggut nyawa mereka.
Dikutip dari beritalennus.co.id, para jurnalis yang menjadi korban adalah Suryani (Nusantararaya.com), Jenni (Siagakupas.com), Safrizal (Detakfakta.com), dan Hendra Gunawan (Mitrariau.com). Mereka mengalami aksi penyiksaan yang mencengangkan: dipukuli, dirampok, diperas, bahkan nyaris dibakar hidup-hidup hanya karena menjalankan tugas jurnalistiknya.
Awalnya, mereka tengah menyelidiki dugaan penyalahgunaan BBM subsidi yang melibatkan tangki milik PT Elnusa Petrofin serta tambang emas ilegal yang diduga dikendalikan oleh Wali Jorong Koto Tanjung Lolo. Namun, investigasi berubah menjadi neraka saat mereka dikepung dan diserang tanpa ampun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Barang-barang mereka dirampas secara brutal: dua unit laptop, dua unit HP, pakaian, charger, hingga peralatan lain dijarah habis. Bahkan lebih mengerikan, wartawan perempuan, Jenni, hampir menjadi korban kekerasan seksual dalam aksi biadab tersebut. Para pelaku juga menuntut uang tebusan Rp20 juta dan mengancam akan membakar mereka hidup-hidup dengan 30 liter bensin atau mendorong mereka ke jurang tambang agar tampak seperti kecelakaan tragis.
Salah satu pelaku dengan congkaknya berkata, “Silakan lapor, tidak ada yang akan peduli! Coba viralkan, saya habisi kalian semua!” Ancaman ini bukan sekadar gertakan, tetapi menunjukkan betapa beraninya mafia menantang hukum secara terang-terangan.
Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) meradang atas aksi sadis ini dan mendesak tindakan cepat dari aparat hukum. Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke, mengecam keras serangan ini dan menyebutnya sebagai bukti nyata bahwa kebebasan pers di Indonesia berada dalam bahaya besar. “Ini bukan hanya tindakan kriminal biasa! Ini adalah serangan langsung terhadap demokrasi dan kebebasan pers. Jika ini dibiarkan, maka jurnalis di Indonesia harus bersiap untuk bekerja dengan ancaman kematian setiap hari!” tegas Wilson dalam pernyataan resmi, Minggu, 16 Maret 2025.
PPWI menuntut Kapolri dan kepolisian Sumatera Barat untuk segera bertindak tegas dengan menangkap semua pelaku dan mengungkap keterlibatan oknum pejabat dalam kasus ini. Mereka juga meminta Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk segera memberikan perlindungan penuh kepada para wartawan yang menjadi korban agar tidak mendapat ancaman lanjutan.
Kasus ini menjadi ujian besar bagi aparat hukum. Jika tidak ada tindakan nyata, mafia akan semakin berani, dan kebebasan pers akan mati di tangan preman yang merasa kebal hukum. Kini, semua mata tertuju pada Polri dan pemerintah. Beranikah mereka menindak tegas, atau justru memilih tunduk pada kekuatan mafia? Jawabannya akan menentukan masa depan kebebasan pers di negeri ini!
Penulis : Mul






