INFO7.ID, TANGERANG | Rencana pernikahan Bang Fauzi yang kabarnya akan berlangsung dalam waktu dekat, mendadak menuai reaksi mengejutkan dari para adinda. Dalam sebuah pernyataan terbuka yang disampaikan secara tertib namun penuh ketegasan, mereka menyatakan bahwa waktu tersebut belumlah tepat bagi sosok panutan seperti Bang Fauzi untuk melangkah ke pelaminan.
Para adinda, yang selama ini tumbuh di bawah bimbingan dan arahan beliau, menilai bahwa masih terlalu banyak tugas mulia dan amanah “kenegaraan” yang harus dituntaskan terlebih dahulu. Mereka menyebut bahwa eksistensi Bang Fauzi bukan hanya sekadar pribadi, melainkan juga sebuah institusi bimbingan, penjagaan moral, dan teladan hidup sehari-hari. Keputusan untuk menikah, dalam pandangan mereka, dikhawatirkan akan mengganggu kestabilan emosional dan arah hidup mereka yang selama ini begitu bergantung pada petuah dan kehadiran beliau.
Melalui nada yang serius namun sarat makna tersirat, para adinda menyatakan belum siap ditinggal, baik secara fisik maupun psikologis. Mereka menilai bahwa belum saatnya Bang Fauzi memprioritaskan kehidupan berumah tangga, sebab masih banyak adik-adik yang memerlukan pengawasan penuh, motivasi langsung, dan evaluasi berkala atas perjalanan hidup masing-masing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penolakan ini tentu bukan tanpa alasan. Ia muncul dari rasa cinta dan hormat yang dalam, dari harapan bahwa Bang Fauzi tetap menjadi kompas utama yang menunjukkan arah hidup para adinda yang sering kali tersesat dalam dinamika dunia. Dalam diam, mereka menggantungkan masa depan pada seseorang yang selama ini selalu hadir di garis depan setiap kekisruhan kecil mereka.
Sampai saat ini, belum ada tanggapan resmi dari Bang Fauzi. Namun yang jelas, sikap para adinda ini adalah ekspresi jujur dari hati yang belum siap melepaskan. Mereka hanya ingin memastikan bahwa sebelum janur kuning melengkung, seluruh adinda telah cukup kuat berdiri sendiri, tidak lagi bertanya-tanya, “Bang, lagi di mana?”
Pernyataan ini bukan sekadar bentuk penolakan. Ia adalah surat cinta yang tersembunyi di balik keberanian. Dan mungkin, juga bentuk kecil dari rasa takut ditinggalkan oleh figur yang selama ini jadi tempat pulang paling tenang.
Penulis : Mul