New York, Info7.id | Paradigma baru ditawarkan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dalam Sesi Debat Umum PBB di Kota New York, Amerika Serikat (AS). Menlu menyebut salah satu alasan pentingnya penerapan paradigma baru ialah mengembalikan tanggung jawab negara-negara dalam pemulihan global.
Pidato ini disampaikan Menlu Retno dalam Sidang Majelis Umum PBB di Markas PBB, AS, Senin (26/9/2022) pagi waktu setempat. Menlu Retno menyebut solidaritas global kini memudar.
“Kami khawatir solidaritas global memudar,” ujar Menlu yang juga menyinggung fenomena ketidakadilan dan keegoisan saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Retno mengungkit diskriminasi perdagangan yang disebutnya kini merajalela. Monopoli rantai pasokan global, kata Menlu, terus berlanjut.
Retno turut menyinggung pandemi yang memberikan pelajaran berharga, yakni tidak ada pihak yang benar-benar sampai semuanya sudah aman. Pelajaran ini, kata dia, menciptakan prioritas Presidensi G20 Indonesia dan dunia menaruh harapannya di KTT G20 pertengahan November mendatang.
“Pandemi memberi kita pelajaran berharga bahwa tidak ada yang aman sampai semua orang aman,” kata Menlu.”Pelajaran ini membentuk prioritas Presidensi G20 Indonesia. Seluruh dunia menggantungkan harapannya pada G20, menjadi katalisator pemulihan global, terutama bagi negara-negara berkembang,” ujar Retno.
Retno menegaskan KTT G20 tidak boleh gagal. Retno mengajak forum PBB segera bertindak mengatasi krisis pangan dan energi serta mencegah terjadinya krisis pupuk agar miliaran orang, terutama di negara berkembang, tidak lagi dihantui risiko.
“G20 tidak boleh gagal,” tegas Retno.
Retno mengatakan paradigma baru yang ditawarkan Indonesia akan menanamkan tanggung jawab kolektif, termasuk dalam menghadapi krisis perubahan iklim.
“Tanpa paradigma baru ini, tidak akan ada pemulihan yang kuat untuk semua dan banyak dari kita akan tertinggal,” ujar Retno.
Sumber : Detiknews