INFO7.ID, Papua | Warga sipil di berbagai daerah di Papua, termasuk anak-anak, baik orang asli Papua maupun pendatang dari berbagai daerah di Nusantara, menjadi sasaran serangkaian penembakan dan tindakan pemerkosaan yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dan Kelompok Kriminal Politik (KKP). Insiden terjadi di beberapa lokasi seperti Intan Jaya, Puncak, Pegunungan Bintang, Yahukimo, dan Nabire, menimbulkan kekhawatiran dan kemarahan di tengah-tengah masyarakat.
Para tokoh dari berbagai suku di Papua telah mengutuk keras perilaku ini, yang mereka anggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang serius. Mereka berpendapat bahwa aksi-aksi brutal tersebut, yang mengakibatkan kehilangan nyawa dan penganiayaan terhadap perempuan, menunjukkan sumber utama pelanggaran HAM berat di wilayah tersebut.
“Kami berada di tepian bencana kemanusiaan, di mana nyawa orang tak berdosa diambil tanpa alasan yang jelas. Aksi brutal itu tidak hanya melanggar harkat dan martabat manusia namun juga merusak persaudaraan dan keharmonisan di Papua,” ungkap Pdt. Yones Wenda, salah satu tokoh agama yang memimpin suara penentangan terhadap KKB dan KKP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Para tokoh yang mengutuk kegiatan KKB dan KKP mencakup perwakilan dari suku-suku besar di Papua, menyatakan solidaritas mereka terhadap korban dan keluarga yang terdampak. Mereka juga menyerukan kepada pemerintah untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam mengatasi kekerasan ini dan memastikan keamanan serta perlindungan bagi semua warga di Papua.
Seruan ini juga mengingatkan bahwa walaupun perjuangan dan ekspresi politik adalah hak setiap warga negara, tindakan kekerasan tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun. “Apa yang kita perjuangkan jika kita sendiri menjadi pelaku pelangaran HAM berat?” demikian pertanyaan retoris yang diajukan oleh para tokoh tersebut, menekankan pentingnya menemukan solusi damai dan konstruktif untuk konflik di Papua.
Peristiwa di Nabire, di mana beberapa wanita, termasuk satu orang asli Papua dan dua warga Nusantara, menjadi korban pemerkosaan selama sebuah aksi demonstrasi oleh KKP, menambah panjang daftar pelanggaran yang membuat Papua kini berada dalam sorotan nasional dan internasional.
Tokoh-tokoh masyarakat dan pemuka agama di Papua menyerukan kepada semua pihak untuk merenung dan kembali kepada nilai-nilai kemanusiaan yang menghormati hak asasi setiap individu. Mereka juga mendesak pemerintah untuk meningkatkan upaya perlindungan terhadap warga sipil dan mengadili pelaku kejahatan sesuai dengan hukum.
Kesatuan dan solidaritas menjadi pesan yang ingin ditekankan oleh para pemimpin masyarakat di Papua dalam menghadapi tantangan ini, mengingatkan bahwa Papua adalah bagian integral dari Republik Indonesia, dan hanya melalui perdamaian dan dialog yang konstruktif, luka dan perpecahan dapat diatasi.(wld)